Tourney Report 29/9/13 - Bekasi Weekly
Sebagai member dari Duelist Bekasi, setiap hari Minggu aku harus mengikuti turnamen mingguan Duelist Bekasi di Bekasi Cyber Park (BCP). Member BCP yang aktif berduel amatlah sedikit, terutama akhir-akhir ini, sehingga turney mingguan rata-rata hanya dihadiri oleh delapan orang. Tapi mau sedikit atau banyak yang ikut, duel tetaplah duel, dan duel sudah pasti selalu menyenangkan :)
Minggu ini aku kembali lagi dengan Dragon Ruler-ku. Minggu
sebelumnya aku berhasil menjuarai weekly Turney dengan deck ini, jadi tidak ada
perubahan yang kulakukan padanya, kecuali satu. Aku memasukkan Breakthrough
Skill, karena belum punya Skill Drain, dan karena weekly turney di BCP
menggunakan format OCG, yang berarti ada Heavy Storm, dan berarti Skill Drain
bisa jadi makanan empuknya. Enough said, here is the report.
1st Match vs
Brams - Chaos Dragon
Result: Lose - OXX
Game 1: Aku
jalan duluan dan langsung melancarkan all out attack combo. Aku berhasil
men-spam field-ku dengan Crimson Blader dan dua naga (Tidal dan Tempest),
sementara Brams baru bisa men-summon Lyla. Crimson Blader mencabik-cabik Lyla
dan Brams langsung menyatakan Scoop. Game ini hanya berlangsung selama 3 turn.
Game 2: Aku
berhasil melakukan play favoritku. Summon dua naga (Tempest dan Redox), lalu
summon Debris Dragon dan menggunakan efeknya untuk men-summon Flamvell Guard.
Flamvell Guard ku-sync dengan Redox untuk men-summon Crimson Blader agar dapat
mencabik-cabik Darkflare Dragon milik Brams dan mengunci play next Turn-nya.
Sayang niat itu pupus karena Effect Veiler turun dari langit dan menumpulkan
pedang Crimson Blader. Tapi tak ada niat untuk mundur, serangan tetap
kulanjutkan. Crimson Blader mencabik-cabik Darkflare Dragon dengan pedangnya
yang sudah tumpul, lalu Tempest dan Debris melakukan direct attack. Di sinilah
aku melakukan missplay. Aku menyerang dengan Tempest terlebih dahulu, sehingga
memancing amarah Gorz yang bangkit dari neraka bersama token-nya yang
ber-attack 2400. Debris pun hanya bisa tertawa. Karena sudah kepalang tanggung,
akhirnya Debris pun di-sync dengan Tempest untuk men-summon Star Eater.
Harapanku, Gorz dan tokennya tidak akan dapat melewati sang pemakan bintang
ini.
Sayangnya, harapan itu lagi-lagi pupus. Kegagalan Crimson Blader
mengunci play Brams dan kesalahanku yang melakukan direct attack dengan Tempest
membawa petaka. Hanya berselang beberapa detik, field Brams sudah diisi dengan
Star Eater, REDMD, dan Lightpulsar Dragon (Brams membuat Star Eater dengan
men-sync token Gorz dengan Debris Dragon).
Awalnya aku tenang-tenang saja melihat field Brams karena at worst
case yang akan terjadi hanya Star Eater yang saling bertubrukan dan REDMD yang
saling bunuh dengan Crimson Blader. Namun, langit berkehendak lain. Segera
sesudah Star Eater bertubrukan, Lightpulsar Dragon menerjang Crimson Blader
dengan membawa kekuatan besar dari langit. Kekuatan tersebut tidak lain adalah
Honest. And there he goes, Lightpulsar menghancurkan Crimson Blader dan membuka
jalan bagi Gorz dan REDMD untuk melakukan direct attack. Game 2 pun diambil
oleh Brams.
Game 3: Aku
memulai turn pertamaku dengan men-summon Redox dan Koa’ki Meiru Drago, Chaos
Dragon’s most hated card. Brams mengatasinya dengan mudah melalui Dark Hole.
Dia pun langsung membalas dengan men-summon Card Trooper dan Lightpulsar Dragon
membuat life point-ku berkurang sampai setengahnya. Turn selanjutnya, aku pun
membalas dengan combo Dragon Ruler, menghasilkan Crimson Blader dan Big Eye.
Big Eye menculik Lightpulsar agar dia tidak bisa mengaktifkan efeknya untuk
men-summon REDMD dari graveyard. Crimson Blader mencabik-cabik Card Trooper dan
mengunci play Bram untuk next turn, sementara Lightpulsar melakukan direct
attack. Kemenangan sudah di tangan, begitu pikirku, namun ternyata aku salah.
Brams mengaktifkan Mind Control dari tangannya untuk menculik Big
Eye lalu menggunakan effect-nya untuk menculik Crimson Blader yang langsung
digunakannya untuk mencabik-cabik Lightpulsar di field-ku. WTF, keadaan
berbalik dan tidak ada yang dapat kulakukan untuk mengembalikannya lagi. Dengan
satu kartu, Brams berhasil mengambil alih game 3 dan memenangkan match ini.
Thoughts:
Kekalahanku di match ini adalah murni kesalahanku sebagai pilot dari deck ini.
Aku benar-benar lupa bahwa Koa’ki Meiru Drago adalah naga berelemen angin,
sehingga Tempest bisa men-search-nya. Seandainya pada Game 2 aku tidak
melakukan play favoritku dan lebih memilih menggunakan effect Tempest untuk
men-search Drago, maka aku jelas punya kesempatan lebih besar untuk menekan
Brams.
Pada Game 3, aku jadi mengerti betapa berbahayanya membiarkan Big
Eye dalam kondisi memiliki xyz material tanpa ada pertahanan sedikit pun. Jika
lawan berhasil menculik Big Eye-mu, maka kamu akan mengalami -2 dan itu belum
termasuk dengan minus yang dihasilkan dari battle phase. Overall, aku jadi
mengerti bahwa Big Eye tidak boleh dikeluarkan kecuali aku yakin betul bahwa
aku akan menang di turn itu atau aku memiliki pertahanan.
2nd Match vs
Andrie – Bujin
Result: Lose XOX
Game 1:
Pertandingan satu ini berlangsung sangat lama sekali, setidaknya ada 30 menit.
Andrie mengawali turn-nya dengan mengaktifkan Tenki – search Yamato – summon –
set empat kartu backrow – end phase – dump kura-kura. Keempat kartu yang
di-setnya itu kalau aku tidak salah ingat: 2 Compulsory, 1 Solemn, dan 1 Bujin Sword.
Breakthrough Skill yang sudah ku-set di first turn-ku menjadi tidak berguna
karena effect Yamato aktif di end phase. Seharusnya aku memasukkan Skill Drain.
Setelah itu game berlangsung dengan amat alot, aku men-summon Star
Eater sebanyak dua kali dan kedua-duanya selalu dikembalikan ke deck oleh
Compul. Aku men-summon Trishula dan kena Solemn. Berbagai serangan-serangan
yang kuberikan selalu dimentahkan oleh jajaran trap card Andrie. Aku
benar-benar terhanyut oleh flow Andrie sampai-sampai aku tidak sadar kalau aku
sudah kehabisan resources. Yah, I also don’t believe it, but Dragon Ruler can
actually running out of resources – I have proven it!. But well, kurasa ini
memang kesalahanku yang bermain terlalu YOLO dan kurang konservatif. Pada
akhirnya, aku kalah karena kehabisan naga sementara Andrie masih memiliki Dewa
Perang Mikazuchi di field-nya. Game 1 diambil oleh Andrie.
Game 2:
Berkebalikan dari Game 1, Game 2 berlangsung amat cepat, karena aku berhasil
mendapatkan dekrit raja, alias Royal Decree. First Turn aku langsung
melancarkan combo discard Redox + Dandy – SS tuner lv. 1 – SS Formula – Normal
Debris – SS Stardust – Sync Formula + Stardust – Shooting Star Dragon dan
diakhiri dengan set Royal Decree. Turn berikutnya Andrie men-set satu monster
dan dua Spell/Trap. End Phase aktifkan Royal Decree dan Game 2 pun berhasil
kuambil.
Game 3: Game
ini berlangsung seimbang. Andrie tidak memasang trap card dengan jumlah
gila-gilaan dan aku pun tidak mendapat cukup banyak naga untuk melakukan combo
atau spamming. Tapi satu, bahkan dua missplay yang kubuat membuat flow dari
game ini menjadi milik Andrie. Pertama, aku men-summon Colossal Fighter ketika
Andrie memiliki Yamato dan Mikazuchi di field-nya. Asumsiku, Andrie memiliki
Crane di tangannya dan dia tidak akan bisa mengeluarkannya untuk menghadapi
Colossal. Tapi aku lupa kalau di grave-nya sudah ada Quilin, maka hancurlah
Colossal-ku di turn selanjutnya. Seandainya aku memanggil Stardust, at least
aku masih bisa mempertahankan field presence.
Kedua, pada turn akhir sebelum kekalahanku, aku dipaksa untuk
tidak bisa spamming oleh Andrie yang membuka Summon Limit-nya, sementara Andrie
sendiri sudah berhasil memajang Susanowo di field-nya Aku men-summon Redox
dalam posisi defense dan Blaster dalam posisi attack lalu men-set Royal Decree.
Asumsinya, Andrie tidak akan bisa melewati pertahanan dua naga ini karena Crane
hanya bisa menambah attack sekali dan next turn aku bisa men-flip Royal Decree
dan melakukan spamming suka-suka, tapi langit berkehendak lain, seperti biasa.
Andrie menyerang Blaster yang ada di posisi attack dan aku sudah
bersiap jika Crane turun dari langit, tapi ternyata ada kekuatan lain yang ikut
turun dan itu adalah HONEST. Again, the damn
Honest. 4800 damage masuk dan Andrie pun memenangkan match ini. Sungguh
megesalkan rasanya.
Thoughts:
Kekalahanku di match ini lagi-lagi adalah karena kesalahanku pribadi sebagai
pilot dari deck ini. Kesalahanku ada dua: terbawa oleh flow lawan dan terlalu
berfokus pada field presence sampai-sampai tidak memperhatikan life point yang
tersisa. Seharusnya aku tahu bahwa memasang Blaster pada attack position
melawan Bujin dengan life point yang hanya sedikit itu adalah kesalahan.
Seharusnya aku bisa cukup memasangnya di posisi defense saja. Pelajaran lain: Raigeki
Break dan Breakthrough Skill tidak tepat digunakan melawan Bujin, kura-kuar
benar-benar sangat merepotkan.
3rd Match vs
Rafv – Agent Spellbook
Result: Win OO
Game 1: Match terakhir di turnamen ini (kita tidak punya banyak
waktu). Rafv adalah duelist yang biasa menggunakan deck Agent. Hari ini dia
sedang bereksperimen dengan memasukkan part Spellbook ke dalam deck-nya namun
tidak cukup berhasil. Pada Game 1, dia tidak menarik monster satu pun, hanya
tiga Threatening Roar. Ravf menyatakan scoop setelah menggunakan ketiga
Threatening Roar-nya.
Game 2: Game 2 tidak jauh berbeda, Ravf tidak kunjung menarik
monster sampai turn 2 dimana dia mendapatkan Venus. Sayang Raigeki Break
langsung menghentikannya. Turn selanjutnya dia memanggil Hyperion tanpa fairy
di graveyard, play yang kurang begitu baik karena tidak men-generate plus.
Scrap Dragon segera menghancurkannya di turn selanjutnya dan sesudah itu Ravf
tetap tidak mendapatkan monster ataupun mengeluarkan Spellbook-nya. Game 2 pun
berhasil kuambil untuk memenangkan Match ini.
Thoughts: Tidak ada masalah yang cukup besar dalam Match ini. Aku
hanya penasaran saja seperti apa combo deck Agent Spellbook yang dibuat Ravf
itu. Well, can anyone guess?
Conclusion
Hasil turnamen ini tidak begitu memuaskan karena semua kekalahan
yang kualami kebanyakan disebabkan oleh kesalahanku sebagai pilot dari deck
ini. Ada sedikit faktor menyebalkan, namely: HONEST, tapi aku jelas tidak bisa
protes untuk hal ini. Satu hal yang jelas, kekalahan ini memberi banyak
pelajaran berharga bagiku untuk mempiloti deck ini. I’ll be better for the next
tourney, I hope.
Comments
Post a Comment