Crane Crane Plants Playtest #4 - Yugioh League CnG

Daan akhirnya aku mendapat kesempatan pertama menguji deck ini di turnamen berformat TCG. Berhubung ini adalah format TCG, itu berarti bahwa Redox dan Debris hanya boleh menggunakan 1, kemudian tidak ada lagi Heavy Storm, Monster Reborn, Pot of Avarice, dan Trishula. Tapi Lonefire boleh 2 haha. Berikut adalah deck yang kugunakan dalam Yugioh League CnG kemarin:


Perubahan yang paling signifikan kali ini adalah penambahan Tempest dan Marauding Captain. Tempest digunakan untuk mempercepat Debris ke Tangan, baik dengan cara di-remove, atau dengan menggunakan efek keduanya, dengan cara men-discard Tytannial atau Spore yang jadi dead draw di tangan. Selain itu, Redox dan Tempest di grave = free Dracossack, dan play ini sempat keluar berkali-kali di turny kemarin, so it's really worth it.

Marauding, di lain sisi, kurang menunjukkan kegunaannya di turny kemarin. Marauding paling berguna jika dia tertarik berbarengan bersama Lonefire, dan kesempatan itu sangat jarang muncul. Tanpa Lonefire, Marauding benar-benar seperti dead draw jika tertarik dan hanya akan berguna lagi jika ada Redox. Itu berarti bahwa kartu ini tidak dapat berdiri sendiri di deck ini dan aku meng-consider untuk menggantinya.

Dalam turny kemarin, aku melawan empat orang dengan tiga jenis deck. Dua orang pertama sama-sama menggunakan Dark World, kemudian aku melawan Josh yang menggunakan 4-Axis Fire Fist, dan terakhir melawan Burn. Dua matchup pertama berhasil kumenangkan tanpa mengalami kesulitan berarti. Deck macam Dark World yang strateginya sangat berpusat pada memanggil boss monster jelas adalah santapan utama dari deck ini. Sebab aku dapat selalu menculik boss monster-nya kapanpun aku mau. Aku merasa sangat jahat ketika melihat wajah lawanku yang Grapha-nya diculik berkali-kali, tapi ya mau bagaimana lagi? haha.

Kalaupun ada masalah, itu adalah aku sempat mengalami bad hand, dengan tidak menarik Duality, Trooper, atau Lonefire di early game. Dua matchup selanjutnya pun aku juga sempat mengalami bad hand dalam salah satu game-nya. Ya, deck ini masih mengalami sedikit masalah dalam konsistensi, sangat berbeda dengan decklist OCG yang sudah terbukti konsistensinya.

Setelah memenangkan 2 match awal, aku dihadapkan dengan Josh, sang juara GT Joglosemar 5 kali berturut-turut. Ini adalah kali pertama aku berduel dengannya, jadi aku cukup excited. Ketika bertanya dengan Dimas di sebelahku, dia mengatakan kalau Josh menggunakan Fire Fist. Perfect, worst matchup dari deck-ku dan dipiloti oleh salah satu duelist terbaik di Indonesia. Playtest kali ini benar-benar sukses.

Josh kemudian jalan duluan dengan memanggil Dragon dan men-set 3 kartu. Kalau ada yang penasaran kenapa aku mengatakan bahwa Fire Fist adalah worst matchup dari deck ini, inilah alasannya: heavy backrow! Deck ini memiliki kelemahan yang sama dengan Inzektor, yaitu kesuksesan play-nya akan sangat bergantung pada kesuksesan monster pertama me-resolve effect-nya. Begitu monster pertama gagal me-resolve effect-nya, maka turn itu aku tidak bisa menambah advantage dan berpotensi untuk dibantai di turn selanjutnya. Deck heavy backrow yang me-main Fiendish Chain, Moon, dan Warning jelas tantangan yang amat berat bagi deck ini. Selain itu, Fire Fist juga tidak memiliki boss monter yang cukup menarik untuk diculik dan strateginya tidak berpusat pada memanggil boss monster-nya, jadi aku tidak bisa sekedar menang dengan Mark of the Rose.

Anyway, aku memanggl Trooper untuk membunuh Dragon tapi kemudian Josh membuka Warning. Damn, Warning ke Trooper? Tapi play itu benar-benar sukses membungkamku karena jika Josh tidak me-warning Trooper maka aku akan me-mill Dandylion dan dia akan kehilangan monsternya. Needless to say, setelah itu Josh membuat plus gila-gilaan dengan efek Dragon yang bisa men-tutor fire formation begitu mengaktifkan satu fire formation dan aku dibombardir habis-habisan oleh barisan tinju api.

Aku benar-benar terpana melihatnya, karena ini adalah pertama kalinya aku melawan 4-Axis FF. Deck itu benar-benar sangat eksplosif dan dia memiliki satu kartu yang dapat membungkam deck ini, yaitu Cardinal. Berkat kartu itu, grave-ku benar-benar kosong dan aku tidak mampu berbuat banyak. Hal yang sama pun terjadi di game selanjutnya. Dandylion, Spore, dan semua kartu-kartu yang kubutuhkan untuk membuat play dikembalikan ke deck, sehingga aku benar-benar tidak mampu berbuat banyak.

Special note untuk melawan 4-Axis: Waspadai Cardinal, fokuskan Effect Veiler hanya untuk satu kartu sialan itu. Lalu special note untuk melawan Josh: Orang ini memiliki kewaspadaan yang sangat luar biasa. Orang biasa tidak mungkin semudah itu membuat keputusan untuk mengaktifkan Warning ke Trooper di game pertama ketika belum mengetahui sepenuhnya deck yang digunakan oleh lawan. Kurasa pengalamannya yang sudah berjibun yang memberitahunya untuk mengaktifkan Warning di situ. Yah, pro player memang berbeda, aku juga merasakan hal yang sama ketika melawan Paman di minggu lalu.

Anyway, setelah melawan Josh, aku dihadapkan dengan deck burn, dan segera aku merasa malas berduel. Well, aku bisa membuat rant yang sangat panjang tentang mengapa deck burn seharusnya tidak pernah ada, tapi itu tidak akan menghentikan orang-orang ini untuk membuat deck tidak tahu diri ini. Melawan deck burn itu, kemenanganku hanya ditentukan dari seberapa cepat aku mampu menarik Trap Stun. Jika aku menarik Trap Stun di early game, maka aku akan menang. Jika aku menarik Trap Stun di late game, atau bahkan tidak menariknya sama sekali, aku akan kalah.

Walau demikian, kekalahanku dalam match kali ini, sebagian juga disebabkan oleh kesalahanku. Rasanya bodoh sekali menyerang dengan Lava Golem yang diberikan lawan, harusnya aku yang paling tahu kalau lawan sudah memberikan Lava Golem itu berarti bahwa dia telah menyiapkan sesuatu yang menyakitkan, dan benar aku terkena trap yang mirip Magical Cylinder, tapi dia me-narget pemain, bukan monster. 4000 damage dalam 1 turn, selanjutnya aku terkena Just Dessert dan diserang direct menggunakan Wattcobra. Damn, if only I wasn't so careless. Aku benar-benar harus belajar menjadi waspada seperti Josh.

Overall, hasil akhir adalah 2-2. Deck ini masih memiliki kesulitan melawan deck heavy backrow yang strateginya tidak berpusat pada memanggil boss monster. Kalau sudah demikian, yang harus dilakukan adalah mengatasi backrow-nya dan menanggalkan kartu penculik, untuk fokus pada strategi dasar plant, yaitu strategi spamming extra deck, atau strategi Tytannial beatdown. Deck ini memiliki berbagai pilihan play, jadi aku tidak boleh berfokus pada satu strategi saja.


Comments

Popular Posts